Memulai
sebuah proyek baru tepat sehari setelah hari kasih sayang. Sebuah catatan
harian untuk perempuan dengan rambut keritingnya. Saya sendiri perempuan dan
berambut keriting secara alamiah ketika lahir. Tetapi ketika memasuki masa
pubertas, saya merasa perlu meluruskan rambut saya. Alasannya seingat saya
ketika itu adalah karena keriting itu tidak cantik.
Menjadi
remaja dengan rambut keriting pada waktu itu adalah sebuah beban yang
mendatangkan rasa malu dan tidak percaya diri. Saya ingat kami yang berambut
keriting kerap mendapatkan julukan yang tidak sedap ketika berada di sekolah.
Panggilan “karibo”, “rambut sarang burung”, “rambut sasak”, “rambut kawat”,
menjadi sangat akrab di telinga.
Sementara
iklan layanan masyarakat pada saat itu tidak jauh-jauh dengan menampilkan perempuan-perempuan
dengan rambut hitam yang lurus dan berkilau. Mungkin masih ingat iklan shampo
seperti Emeron, Dimension, Sunsilk, dengan gambar-gambar perempuan pada badan
kemasannya. Hampir tidak ada yang keriting.
Saya
punya dua kakak perempuan yang juga meluruskan rambutnya pada saat itu. Ini
merupakan sebuah contoh lain yang saya lihat di depan mata kepala saya sendiri, bahwa
memiliki rambut lurus adalah sesuatu yang mutlak. Rata-rata kami memakai obat pelurus rambut. Salah satu obat pelurus rambut yang terkenal pada saat itu adalah Makarizo, merek yang juga masih terkenal hingga sekarang. Setelah membeli krimnya, dengan menggunakan peralatan sederhana, kami lalu mengoleskannya pada rambut.
Tapi pernahkah terpikir olehmu, kenapa ya disebut dengan "obat rambut"? karena kata "obat" di situ memposisikan rambut keriting sebagai penyakit yang harus disembuhkan.
Tapi pernahkah terpikir olehmu, kenapa ya disebut dengan "obat rambut"? karena kata "obat" di situ memposisikan rambut keriting sebagai penyakit yang harus disembuhkan.
Ketika
menulis ini, saya ingat foto laporan pendidikan saya ketika jaman sekolah
menengah pertama, bahkan pernah menjadi korban vandalisme diam-diam saya menolak
rambut keriting. Di foto itu saya pernah mencoret rambut keriting saya
menggunakan spidol, supaya foto rambut saya kelihatan lurus. Ya, saya
melakukannya lantaran saya benci memiliki rambut keriting.
Keyakinan
untuk kembali mencintai rambut keriting saya kembali tidak langsung serta merta tumbuh.
Namun butuh proses yang cukup panjang. Sampai akhirnya saya berhenti
meluruskan rambut saya dan memutuskan untuk memelihara rambut keriting saya secara lebih alami. Untuk itulah catatan harian #MemeliharaKeriting ini dibuat.
Tujuannya sederhana saja, saya mau mengumpulkan cerita-cerita dari
perempuan-perempuan lainnya yang memiliki pengalaman yang kurang lebih sama
dengan saya. Supaya saling berbagi dan menguatkan satu dengan yang lain untuk memeluk diri sendiri dengan cinta yang besar. Silakan kirimkan ceritamu di memeliharakeriting[at]yahoo[dot]com. Sebab keriting adalah identitas, keriting adalah anugerah.
Keriting adalah perlawanan.
No comments:
Post a Comment